Protes masyarakat atau yang akrab disebut demonstrasi tidak terlepas dari proses politik sebuah negara. Terlebih bagi negara demokrasi, demonstrasi merupakan salah satu aspek penting bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya.
Seperti halnya yang terjadi di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan ini, demonstrasi atau aksi menolak UU Cipta Kerja juga digelar secara besar-besaran di sejumlah daerah, terlebih di Ibu Kota Jakarta.
Dimulai sebagai pertemuan doa bersama, lambat laun menjadi gerakan yang membantu meruntuhkan Tembok Berlin. Itulah awal mula aksi protes terbesar di Jerman. Pada tahun 1982, seorang pendeta yang bernaung di Berlin membuka gerejanya untuk menyebarkan pesan perdamaian di tengah-tengah perang dingin yang sedang berlangsung di Jerman.
Anggota gereja yang pada saat itu hanya berjumlah ratusan berkembang menjadi ribuan, sampai akhirnya hampir seluruh rakyat Jerman bersatu untuk merubuhkan Tembok Berlin. Simbol yang memisahkan negara menjadi dua kubu tersebut runtuh pada Senin pagi di bulan Oktober, 1989, menyatukan rakyat Jerman Barat dan Timur.
Mengutip berbagai sumber, rakyat India merupakan negara pertama yang melakukan aksi demonstrasi dengan jumlah pendemo dikabarkan ratusan juta orang. Aksi turun ke jalan tersebut terjadi pada September 2020.
Dikabarkan, aksi demonstrasi awalnya berjumlah ribuan petani India yang menolak kebijakan baru yang dikeluarkan Presiden Narendra Modi. Sang presiden disebut menyetujui perubahan Undang-Undang pelonggaran tentang penjualan hingga penetapan harga hasil pertanian yang dianggap tidak bersahabat dengan petani.
Padahal, mayoritas penduduk negara di Asia Selatan itu merupakan petani. Tak ayal, mereka pun turun ke jalan memprotes Undang-Undang hingga 250 juta orang dikabarkan mogok bekerja untuk mendukung para petani.
Protes atas kematian George Floyd dimulai di Minneapolis pada 26 Mei 2020, setelah kematian George Floyd – seorang pria Afrika-Amerika yang mengalami sesak napas ketika mantan perwira Polisi Minneapolis, Derek Chauvin menjepitnya dengan lutut di leher selama lebih dari 8 menit.
Protes dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, dengan ratusan ribu orang di seluruh 50 negara bagian turun ke jalan untuk menentang kematian Floyd, kebrutalan polisi, dan rasisme institusional pada umumnya.
Sejak 3 Juni, protes terus berlanjut setiap malam, mengakibatkan 12 kematian, insiden kebrutalan polisi serta penjarahan yang meluas, dan penempatan hampir 20.000 pasukan Garda Nasional di 24 negara bagian. Bahkan, protes serupa tak hanya terjadi di Amerika Serikat namun juga meluas ke wilayah benua Eropa dan sejumlah negara di dunia.
Kompihub - Rupiah vs Dolar. Nilai tukar rupiah menguat ke Rp14.913 per dolar AS pada…
Tahun ini merupakan peringatan ke-25 tahun reformasi nasional. Peringatan Hari Reformasi Nasional pada 21 Mei…
Wisata Lembah Purba, Sukabumi, Jawabarat belakangan ini viral pada perbincangan media sosial karena memiliki beberapa…
Industri kripto tak lama lagi akan ada event Halving Bitcoin yang akan terjadi pada 2024.…
Kompihub - Tokoh penemu arus listrik adalah Thomas Alva Edison, dirinya adalah seorang pengusaha yang…
Obat penenang khusus hewan yakni xylazine belakangan banyak pengguna yang menggunakan narkoba tersebut di Amerika…