Nasional

Sejarah Upacara Ngaben di Bali

Sejarah Upacara Ngaben

kompihub.com – Sobat kompihub pernah mendengar istilah kremasi? Istilah ini mengacu kepada membakar seseorang yang sudah meninggal hingga menjadi abu. Abu dari orang yang sudah meninggal ini biasanya akan dibuang ke laut. Selain itu, ada juga kemungkinan abu diletakkan ke dalam guci kecil dan disimpan oleh orang terdekatnya.

Proses kremasi ini dapat dikatakan cukup umum ditemukan di berbagai negara baik itu di Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika. Terdapat berbagai macam alasan di balik seseorang dikremasi, mulai dari alasan keagamaan, alasan kemudahan dalam proses, sampai bahkan alasan estetika.

Meskipun begitu, kremasi bukanlah sesuatu yang umum ditemukan pada masyarakat Indonesia. Mayoritas orang-orang di Indonesia lebih memilih mengubur orang yang sudah meninggal ke dalam tanah dibandingkan dengan membakar mayat tersebut sampai menjadi abu.

Ngaben biasa orang Bali menyebutnya, Ngaben adalah upacara prosesi pembakaran mayat atau kremasi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben juga dikenal sebagai Pitra Yadyna, Pelebon, atau upacara kremasi. Ngaben sendiri dilakukan untuk melepaskan jiwa orang yang sudah meninggal dunia agar dapat memasuki alam atas di mana ia dapat menunggu untuk dilahirkan kembali atau reinkarnasi.

Asal – Usul dan Unsur Upacara Ngaben di Bali

Asal Usul Ngaben berasal dari kata beya yang berarti bekal. Ada juga yang mengatakan Ngaben berasal dari kata ngabu yang berarti menjadi abu. Menurut keyakinan umat Hindu di Bali, manusia terdiri dari badan kasar, badan halus, dan karma. Badan kasar manusia dibentuk dari 5 unsur yang disebut Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (zat panas), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa).

Kelima unsur ini menyatu membentuk fisik manusia dan digerakkan oleh atma (roh). Ketika manusia meninggal, yang mati hanya badan kasarnya saja, sedangkan atma nya tidak. Bagi masyarakat Bali, Ngaben merupakan peristiwa yang sangat penting, karena dengan pengabenan, keluarga dapat membebaskan arwah orang yang telah meninggal dari ikatan-ikatan duniawi menuju surga dan menunggu reinkarnasi.

Jika Ngaben ditunda terlalu lama, rohnya akan gentayangan dan menjadi bhuta cuwil. Demikian pula bila yang orang meninggal dunia dikubur di tanah tanpa upacara yang patut. Hal itu disebabkan karena roh-roh tersebut belum melepaskan keterikatannya dengan alam manusia. Maka, perlu diadakan upacara Ngaben bhuta cuwil.

Kepercayaan Agama Hindu memang banyak mengajarkan banyak hal terkait kehidupan dan spiritualisme bagi penganutnya. Tidak ada salahnya jika orang-orang dengan latar belakang agama berbeda ingin mempelajari kepercayaan Agama Hindu, karena agama ini memang banyak mengajarkan hal baik. Buku “Dari Siwaisme Jawa ke Agama Hindu Bali” bisa menjadi bahan bacaan bagi sobat kompihub yang tertarik dengan topik ini.

admin

Recent Posts

Rupiah VS Dolar AS, Mengintip Lajur Hari Ini

Kompihub - Rupiah vs Dolar. Nilai tukar rupiah menguat ke Rp14.913 per dolar AS pada…

1 tahun ago

Peringatan 25 Tahun Reformasi Nasional

Tahun ini merupakan peringatan ke-25 tahun reformasi nasional. Peringatan Hari Reformasi Nasional pada 21 Mei…

1 tahun ago

Wisata Lembah Purba Sukabumi, Jembatan Terpanjang Se Asia 414 Meter

Wisata Lembah Purba, Sukabumi, Jawabarat belakangan ini viral pada perbincangan media sosial karena memiliki beberapa…

1 tahun ago

Bitcoin Pengurangan Imbalan Bagi Penambang 2024? Halving Bitcoin 2024

Industri kripto tak lama lagi akan ada event Halving Bitcoin yang akan terjadi pada 2024.…

1 tahun ago

Thomas Alva Edison, Sejarah dan Penemuanya

Kompihub - Tokoh penemu arus listrik adalah Thomas Alva Edison, dirinya adalah seorang pengusaha yang…

1 tahun ago

Kasus Narkoba ‘Zombie’ AS Naik Lebih dari 1.000 Persen! Efeknya Seserius Ini

Obat penenang khusus hewan yakni xylazine belakangan banyak pengguna yang menggunakan narkoba tersebut di Amerika…

1 tahun ago